Minggu, 19 Juni 2011

Mantan Presiden Tunisia Mulai Diadili

Mantan Presiden Tunisia, Zine el-Abidine Ben Ali, membantah semua dakwaan menjelang sidang pengadilan in-absentia yang akan digelar di negerinya hari ini. Namun, di tempat dia kabur, Ben Ali menolak semua tuduhan korupsi yang dialamatkan kepadanya.

"(Ben Ali) menolak semua dakwaan karena dia tidak pernah memiliki sejumlah uang, yang diklaim ditemukan di kantornya," kata pengacara Ben Ali, Akram Azoury, seperti dikutip dari Saudi Gazzete.

"Kalau memang ada uang yang ditemukan di kantor (Ben Ali) dan itu miliknya, kenapa dia tidak membawanya saat keluar dari Tunisia," lanjut Azoury.

Ben Ali bersama keluarga melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari lalu setelah berminggu-minggu didemo rakyat. Namun, kaburnya Ben Ali ke luar negeri tidak menghambat  penegak hukum di Tunisia untuk mengadili dia, walau secara in-absentia.

Ben Ali hari ini akan didakwa atas 23 tuduhan, sebagian besar merupakan kasus korupsi dan penyalahgunaan jabatan. Jika terbukti bersalah, dia diancam hukuman 20 tahun penjara. Ini termasuk ancaman hukuman setelah ditemukannya narkoba dan senjata dalam istananya di Carthege.

Tapi menurut pengacara Ben Ali, "Senjata yang ditemukan itu merupakan senapan berburu, yang sebagian besar merupakan hadiah dari kepala negara lain yang berkunjung ke Tunisia. Sedangkan tuduhan kepemilikan narkoba jelas rekayasa dan sangat memalukan."

Namun, pengadilan hari Senin akan memulai proses panjang dakwaan terhadap petinggi-petinggi di rezim Ben Ali. Dakwaan antara lain atas kasus pembunuhan, penyiksaan, pencucian uang, dan penyelundupan artifak arkeologi. Dari 93 dakwaan terhadap lingkar dalam Ben Ali, 35 akan dibawa ke mahkamah militer.

Setidaknya ada dua pengacara yang telah ditunjuk untuk membela Ben Ali dan istrinya di pengadilan. Satu berbasis di Perancis, sedangkan satu lagi dari Lebanon.

Kemudian, seperti dikutip dari VOA, masyarakat Tunisia bergembira dengan pengadilan Ben Ali, baik Ben Ali dapat dihadirkan atau tidak.

Namun, sikap berbeda diperlihatkan Noureddine Hamila. Anggota Partai Demokratik Progresif yang disiksa di masa Ben Ali ini lebih senang Ben Ali dihadirkan di pengadilan.

Walau begitu, Hamila menganggap pengadilan hanya akan menjadi bagian dari masa lalu Tunisia. Tunisia, menurut Hamila, harus menatap masa depannya yang cerah. (ren)